Sabtu, 28 November 2009

Sabtu, 10 Oktober 2009

Selasa, 03 Maret 2009

MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA TERHADAP MATEMATIKA

Dalam kurikulum 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 pelajaran matematika di SD merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 dengan porsi jam pelajaran per-minggu paling banyak dibanding mata pelajaran lainnya. Demikian pula pada Struktur Program Kurikulum SD & MI yang tercantum pada Standar Isi Pendidikan (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006).
Dengan porsi jam pelajaran matematika sebanyak tersebut , tentunya diharapkan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dari mata pelajaran lain atau minimal sebanding. Terlebih lagi matematika juga selalu menjadi salah satu mata ujian /seleksi dalam berbagai bidang. Ujian Nasional SMP, SMA, seleksi masuk Perguruan Tinggi, dan seleksi calon pegawai, semua mencantumkan matematika sebagai salah satu mata ujian/mata seleksi. Dengan demikian matematika merupakan mata pelajaran yang yang sangat diutamakan. Namun berdasarkan pengalaman hasil belajar mata pelajaran matematika siswa hampir selalu mendapat skor rata-rata lebih rendah dari mata pelajaran lainnya.
Berbagai upaya peningkatan mutu pelajaran matematika di SD telah dilakukan, baik oleh Dinas Pendidikan maupun oleh pihak sekolah sendiri. Diantaranya dengan meningkatkan pelatihan-pelatihan bagi guru -guru, penambahan waktu belajar, melengkapi sarana/alat pelajaran matematika dan lain-lain yang erat kaitannya dengan pembelajaran matematika. Dari upaya-upaya tersebut hasil belajar matematika belum menunjukkan hasil yang berarti.
Dari berbagai pandangan psikologi tentang belajar dikatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah kondisi fisik, kondisi panca indra, minat, bakat, inteligensi, motivasi, ingatan, berpikir. Dan yang berasal dari luar diri siswa adalah faktor lingkungan di sekitar siswa, misalnya letak gedung sekolah, lingkungan raumah dan sebagainya.
Kaitan dengan hasil belajar matematika, dari berbagai faktor tersebut di atas sikap siswa adalah salah satu faktor yang cukup penting diperhatikan. Sikap adalah kecenderungan potensial untuk menanggapi secara konsisten terhadap objek tertentu, dalam bentuk senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, positif atau negatif. Dalam arti respos mengarah kepada tindakan yang akan dilakukan seseorang terhadap objek atau stimulus. Sikap positif siswa cukup menentukan hasil belajar. Seperti yang dikatakan dalam hukum Thorndike, yaitu low of effect yang artinya adalah hubungan stimulus-respon akan lebih kuat jika dibarengi perasaan senang atau puas. Harrel dalam bukunya yang berjudul "10 Langkah Mengubah Sikap Menjadi Tindakan", mengatakan bahwa sikap positif adalah aset paling berharga dalam mengembangkan diri. Lebih lanjut dikatakan bahwa sikap bukan bawaan sejak lahir, tetapi didapat dari pengalaman.
Bertolak dari pendapat-pendapat seperti di atas sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan siswa ketika ia menghadapi mata pelajaran matematika. Dengan demikian menumbuhkan sikap siswa ke arah yang positif atau senang terhadap mata pelajaran matematika akan menunjukkan hasil yang lebih baik dari sekarang.
Yang menjadi pemikiran adalah mungkinkah sikap siswa dapat dikembangkan ke arah yang positif ? dan bagaimana cara menumbuhkan sikap positif atau rasa senang terhadap matematika ? Hal ini sangat terkait dengan proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru. Guru sebagai perancang, pengelola dan pelaksana proses pembelajaran, sangat berperan dalam menciptakan skenario dan situasi pembelajaran agar siswa merasa senang dan tertarik untuk belajar matematika. Guru dituntut untuk menciptakan strategi yang jitu agar mengajar tidak hanya membuang-buang energi sia-sia.
Berdasarkan pengalaman hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan sikap positif atau rasa senang siswa terhadap mata pelajaran matematika diantaranya adalah :
1. Mengajar sesuai dengan potensi kemampuan siswa
2. Mengajar dimulai dari memberikan penglaman konkrit
3. Mengajar dengan penuh keramahan

1. Mengajar Sesuai Dengan Potensi Kemampuan Siswa

Salah satu cara agar siswa merasa senang belajar matematika adalah guru mengajar sesuai dengan potensi kemampuan yang dimiliki siswa. Guru tidak hanya mengejar target kutikulum. Mengejar target kurikulum memang harus, tetapi jangan mengabaikan faktor kesiapan siswa. Sebab tanpa itu semua akan sia-sia. Memang guru wajib menyampaikan materi yang cukup bagi sebagian siswa, tatapi terlalu banyak dan berat bagi kalangan siswa tertentu. Akhirnya materi tersebut selesai guru namun tidak semua siswa dapat menyerap materi tersebut.
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa potensi kemampuan siswa dalam satu kelas berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melayani keragaman tersebut. Seperti apa yang telah dikatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikN nasional pasal 12 ayat 1(b) , yang bunyinya adalah"Setiap Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan berhak : Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya".
Dengan demikian guru sangat perlu memahami potensi kemampuan yang dimiliki siswa secara individu. Dengan mengenal potensi kemampuan individu siswa, guru dapat mengajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam arti guru mengajar dengan cara tidak memaksakan materi yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Selanjutnya guru dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan cara menuntun siswa selangkah demi selangkah sampai siswa memahami konsep matematika yang dipelajarinya.
Guru yang mengajar selangkah demi selangkah atau siswa dituntun sedikit demi sedikit, yang disesuaikan dengan potensi kemampuan yang dimilikinya, dapat membangkitkan rasa suka /sikap yang senang atau positif siswa terhadap mata pelajaran matematika. Karena siswa merasa dihargai, punya arti, dan yang cukup penting adalah siswa tidak selalu mendapat nilai buruk. Apabila sikap senang atau positif siswa telah muncul akan mudah bagi guru untuk menyampaikan materi-materi pembelajaran berikutnya. Siswa tambah semangat, hasil belajar matematika siswa akan optimal sesuai dengan potensi kemampuan yang ada pada dirinya.

2. Mengajar Dimulai dari Memberikan Pengalaman Konkrit

Di samping memperhatikan potensi kemampuan siswa, hal yang dapat menimbulkan rasa senang atau positif terhadap terhadap mata pelajaran matematika adalah mengajar dengan cara memberikan pengalaman langsung bagi siswa. Hal ini perlu diperhatikan mengingat cara berpikir siswa SD masih bersifat konkrit. Untuk itu mengajar matematika perlu memperhatikan kaidah tersebut. Dalam penyampaian konsep matematika, kurang efektif apabila guru mengajar hanya dengan cara teoritis yang dibatasi oleh empat dinding kelas. Siswa harus mengalami langsung misalnya mengukur panjang, menghitung luas, menghitung keliling, menimbang benda, dan lain-lain, dengan benda-benda yang nyata. Dengan pembelajaran yang demikian biasanya siswa akan merasa senang, semangat, kemudian muncul sikap positif dan tidak takut lagi terhadap pelajaran matematika.

3. Mengajar dengan Penuh Keramahan

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran matematika adalah guru mengajar dengan penuh keramahan. Keramahan adalah suatu hal yang sangat perlu diperhatikan di manapun kita berada. Tidak terkecuali di dalam proses pembelajaran.
Masih banyak diantaranya guru yang mengajar matematika dengan selalu marah-marah apabila siswa sulit menerima materi pelajaran. Hal ini akan menimbulkan sikap tidak suka atau sikap negatif siswa terhadap guru, dan akhirnya akan menimbulkan kebencian bukan hanya pada guru tetapi terhadap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut, yang akhirnya akan memperngaruhi hasil belajar siswa tersebut.
Guru sebagai salah seorang yang dekat dengan siswa hendaknya menanamkan sikap keramahan dalam mengajar. Seperti dikatakan oleh Tulus Tu'u dalam bukunya yang berjudul "Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa" bahwa pengaruh seseorang yang dianggap penting oleh siswa akan banyak mempenagruhi sikap dan perilaku siswa tersebut.
Siswa yang kurang memahami hendaknya didekati, ditanya kesulitannya kemudian dibimbing dituntun sedikit demi sedikit, misalnya
diberi laitihan secara bertahap mulai dari satu soal dulu sambil dituntun, kemudian diberi penghargaan terhadap apa yang telah dikerjakannya, misalnya jika benar diberi nilai 10. Kemudian soal latihan ditambah menjadi dua soal, tiga soal dan seterusnya. Dengan cara seperti ini akan timbul sikap positif terhadap guru dan akhirnya sikap yang positif terhadap mata pelajaran matematika. Karena sesungguhnya jika siswa belajar dengan penuh ketakutan akan memunculkan sikap benci terhadap mata pelajaran tersebut.
Dari uraian di atas sangat perlu menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran matematika. Karena sikap positif siswa terhadap mata pelajaran matematika adalah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika, tentunya sesuai dengan potensi kemampuan yang dimilkinya.